Beijing, Dalam beberapa dasawarsa terakhir, ancaman dari si pembunuh no 1 dunia belum pernah surut. Tak lagi orangtua yang menjadi sasarannya, generasi yang lebih muda 20 tahun pun kini ikut menjadi targetnya. Bukan virus atau senjata yang membuat si pembunuh datang tapi perilaku hidup yang menentukan.
"Kardiovaskular terus menjadi pembunuh nomor satu dunia dan angka kejadiannya terus meningkat dan hampir separuh kasus yang terjadi ada di kawasan Asia Pasifik," kata Profesor Shahryar A. Sheikh, MBBS, mantan presiden World Heart Federation dalam acara 'Scientific Tutorial for Journalist' yang diadakan Bayer Schering Pharma di Marco Polo Beijing, China, Kamis (17/6/2010).
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) dari kasus kematian yang terjadi di tahun 2005, sebanyak 17,5 juta (30,2%) nyawa melayang karena penyakit gangguan jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskular.
Angka kematian akibat kardiovaskular lebih tinggi dua kali lipat dari kematian akibat kanker 15,7% serta gangguan penyakit lain 15,7%. Sedangkan kematian terbanyak akibat virus adalah HIV AIDS 4,9%, Tuberculosis (TBC) 2,4%, Malaria 1,5% dan kasus infeksi lain 20,9%.
Profesor Sheikh menjelaskan dari total 17,5 juta kematian akibat kardiovaskular sebanyak 7,6 juta meninggal karena jantung koroner dan 5,7 juta mati karena stroke.
Penyakit kardiovaskular terdiri dari gangguan yang menyebabkan penyakit jantung (kardio) dan pembuluh darah (vaskular). Profesor Sheikh mengungkapkan gaya hidup seseorang yang akan menjadi penanda apakah berisiko terkena kardiovaskular atau tidak.
Pemicu utamanya adalah tekanan darah tinggi, kolesterolterol tinggi, obesitas (kegemukan), merokok dan kurang bergerak. "Terapi pencegahan sangat penting untuk mengurangi kasus kematian kardiovaskular secara global," kata Profesor Sheikh yang juga menjadi ketua Punjab Institute of Cardiology, Lahore, dan dokter ahli kardiologi di Hospital & Medical Centre, Lahore, Pakistan.
Yang lebih mencemaskan kata Profesor Sheikh, di kawasan Asia penyakit ini banyak menyerang usia muda atau 10 tahun lebih muda dari penderita di negara-negara barat. China mencatat angka penambahan terbesar dari semula 12,8% di tahun 1957 menjadi 35,8% di tahun 1990.
Meski di China penduduknya sangat memperhatikan minuman suplemen kenyataannya 1 dari 4 orang China berisiko terkena kardiovaskular karena perubahan gaya hidup yang drastis. Sedangkan di Indonesia kasus kematian akibat kardiovaskular kurang dari 20%.
Penyakit kardiovaskular terdiri dari 3 bentuk:
1. Penyakit Jantung Koroner, adalah gangguan pembuluh darah ke jantung contohnya seperti serangan jantung (infark miokard), nyeri dada (angina) dan irama jantung tidak normal (aritmia).
2. Penyakit serebrovaskular, adalah gangguan pembuluh darah ke otak contohnya seperti stroke yang terjadi karena sel otak akibat kurangnya suplai darah ke otak dan gangguan yang menyerang sistem iskemik seperti gerakan, rasa, penglihatan dan kemampuan bicara yang hilang.
3. Penyakit vaskular perifer, adalah gangguan pembuluh darah yang menyuplai tangan dan kaki yang terkadang datang dan pergi. Gangguan lainnya seperti sakit karena kram otot kaki.
Profesor Sheikh mengatakan perlu manajemen gaya hidup dari semua orang untuk menghindari ancaman pembunuh nomor satu ini. Sebagian besar penyakit kardiovaskular juga sudah dapat dikendalikan melalui terapi seperti menurunkan tekanan darah atau pencegahan agar darah tidak menggumpal (platelet).
Sayangnya banyak orang yang mengabaikan dan menganggap dirinya selalu sehat dengan terus menjalani gaya hidup yang salah. Gejala awal seperti sakit dan tidak enak di dada, bahu kiri, tangan, siku, punggung atau rahang dianggap sebagai angin lalu. Orang baru akan sedikit sadar jika sudah sesak napas, mual, muntah, keluar keringat dingin, pucat hingga pingsan .